Stress bisa diartikan sebagai tekanan, ketegangan atau gangguan yang tidak menyenangkan yang berasal dari luar diri seseorang (Charles D, Spielberger dalam Ilandoyo, 2001:63, diakses dari http://www.damandiri.or.id/file/novitasariadbab2.pdf). Stress juga bisa diartikan sebagai respon dari seseorang terhadap situasi yang diterima sebagai tantangan atau ancaman keberadaannya. Adapun kejadian hidup yang mengancam seseorang bisa dipersepsikan bahwa dengan adanya ancaman tersebut membuat seseorang merasa stress, baik berupa ancaman fisik, sosial, financial atau ancaman-ancaman lainnya.
Stress bisa memberikan dampak negative dan juga dampak positif bagi orang yang mengalaminya. Oleh karena itu stress itu tidak selalu dikatakan buruk karena ada kalanya stress itu diperlukan untuk memberikan semangat bagi seseorang. Dampak negative stress disebut dengan Distres atau stress negative terjadi karena tingginya tingkatan stress yang tidak bisa dikelola dengan baik sehingga memperburuk keadaan seseorang. Dampak Distress ini bisa memperburuk kinerja seseorang, cara kerja menjadi lambat, banyak melakukan kesalahan dalam pekerjaaan, dan lain sebagainya. Sedangkan dampak stress yang bersifat positif disebut sebagai Eustress, Stress yang tinggi bisa memicu seseorang untuk memotivasi diri sendiri untuk dapat mencapai sesuatu. Eustress adalah stress yang baik karena dengan adanya stress bisa memacu semangat, mempercepat pelaksaanan tugas dan lain-lain.
Stress juga dapat menyebabkan penyakit fisiologis dan psikologis apabila stress tersebut melampaui kapasitas seseorang. Penyakit fisiologis dapat menyebabkan gangguan kesehatan fisik berupa penyakit yang sudah diderita sebelumnya atau bahkan dapat memicu timbulnya penyakit tertentu, seperti : otot-otot menjadi tegang, pencernaan terganggu, sembelit, sakit kepala, letih yang tak beralasan bahkan bisa menyebabkan seseorang tidak bisa tidur. Sedangkan penyakit psikologis dapat menyebabkan kegelisahan, agresi, kelesuan, kebosanan, depresi, kelelahan, kekecewaan, kehilangan kesabaran, harga diri yang rendah dan lain-lain.
Ada beberapa tingkatan stress menurut Jo Bryson, yaitu :
1. Dewasa Muda – Tahap ini adalah tahap transformasi dari anak ke dewasa. Karateristiknya sedang bertumbuh, proses pendewasaan dan proses pembelajaran
2. Umur 20-an – Tahap ini adalah tahap untuk memapankan persoalan keluarga dan karier
3. Umur 30-an – Tahap ini adalah tahap yang terdapat krisis-krisis kecil yang berhubungan dengan pilihan karier
4. Umur 35-45 tahun – tahap ini adalah tahapan paruh baya. Tahapan ini berpotensial untuk menimbulkan stress karena kebanyakan orang ingin mencapai puncak karier dan mendapatkan status dalam kehidupan
5. Tahapan berikutnya adalah tahapan yang berhubungan dengan masa pensiun, tingkat stess pada masa ini adalah karena mereka merasa disaingi oleh teman-teman sekerja yang lebih muda.
Stress di tempat kerja
Ada beberapa penyebab yang dapat menimbulkan stress ditempat kerja. Organisasi, lingkungan kerja dan individu yang bersangkutan adalah salah satu pemicu dari stress tersebut.
1. Organisasi
Adanya Role conflict, role ambiquity, role overload dan role underload adalah salah satu penyebab stress ditempat kerja. Kita akan menjabarkan pengertiannya sebagai berikut:
• Role Conflict adalah suatu kondisi yang bisa terjadi ketika berbagai macam karyawan memiliki tugas dan tanggung jawab yang saling bertentangan satu dengan yang lainnya. Konflik ini juga akan terjadi ketika karyawan diperintahkan untuk melakukan suatu tugas atau pekerjaan yang berlawanan dengan hati nurani atau moral yang mereka anut.
• Role ambiquity adalah suatu kondisi yang terjadi karena pekerjaan itu sendiri tidak didefenisikan secara jelas. Oleh karena itu karyawan tidak mampu menentukan secara tepat apa yang diminta oleh perusahaan dari karyawan, maka mereka terus menerus merasa cemas apakah kinerja mereka sudah cukup bagus atau belum.
• Role Overload yaitu suatu kondisi dimana karyawan memiliki terlalu banyak perkerjaan yang harus diselesaikan dan berada dibawah tekanan waktu yang ketat (deadline)
• Role Underload, yaitu suatu kondisi dimana karyawan tidak memiliki pekerjaan yang bisa dilakukan, sehingga karyawan tersebut merasa tidak berharga karena tidak bisa mengerjakan sesuatu.
Selain dari hal-hal diatas, adanya tuntutan tugas dalam membuat perencanaan, pengambilan keputusan, memiliki tanggung jawab dari tugas-tugas manajerial, truktur dan iklim organisasi, dan perasaan yang menghinggapi karyawan, dimana terkadang karyawan merasa perubahan yang dipaksakan dari atasan semata-mata hanya untuk kepentingan perusahaan semata.
2. Lingkungan Kerja
Kondisi lingkungan kerja dapat mempengaruhi seseorang terhadap stress. Suhu udara yang terlalu panas atau dingin, Sirkulasi udara kurang memadai, ruangan kerja yang tidak nyaman, mesin fotocopy atau printer yang sering rusak, bising dapat membuat seseorang menjadi tidak nyaman dan menimbulkan stress tersendiri bagi seseorang. Selain kondisi lingkungan kerja, struktur organisasi dan iklim organisasi, peraturan pemerintah, kegiatan eksternal, tekanan waktu dan ekonomi, perubahan teknologi, kekunoan, nilai organisasi yang dianut oleh organisasi tersebut merupakan faktor dalam lingkungan organisasi yang dapat menghasilkan stress.
3. Individual
Penyebab stress yang berpotensial untuk setiap individu ditempat kerja, diantaranya adalah tidak merasa nyaman dengan pekerjaannya, hubungan kerja yang buruk, konflik grup, interupsi disaat kerja, kurangnya jalur karier yang jelas, tuntutan organisasi, promosi untuk kenaikan jabatan atau turun pangkat/dimutasikan, diri individu sendiri yang bersifat perfeksionis dan sikap yang berlebihan. Selain penyebab stress diatas, keluarga yang memiliki 2 karier dan single parent juga punya tanggung jawan yang lebih besar ditempat kerja. Mereka akan merasa bersalah bila harus mengutamakan tugas kerja dari pada keluarga. Kuatir tentang kemungkinan dampak promosi atau relokasi pada keluarga, peran dan tanggung jawab antara karier atau keluarga.
Menurut Bryson, semua pekerjaan (Baik sukarela ataupun dibayar) adalah bagian penting untuk mengatasi stress dalam kehidupan. Tanpa bekerja, potensi kebosanan akan meningkatkan tak terkira. Pekerjaan membuat seseorang merasa berguna dalam hidup dan lingkungannya.
Stress and Personality
Stress yang merupakan tekanan, berhubungan dengan pribadi individu. Karateristik pribadi tertentu menyebabkan seseorang lebih gampang atau tidak gampang stress dari rekan-rekannya. Toleransi terhadap stress berbeda berdasarkan individu dan penyebab stress, contoh dari karateristik pribadi adalah sebagai berikut :
1. Introverted People (Orang yang tertutup)
Tipe karateristik orang yang introverted tidak begitu mudah bersosialisasi dan tidak mudah mengatasi ketegangan interpersonal dengan orang lain. Kenaikan pangkat mungkin menyebabkan stress apabila pekerjaan itu mengharuskan untuk bekerja sama dengan orang lain.
2. Ekstrovet (Membutuhkan Orang Lain)
Tipe karateristik orang yang ekstroved justru berkebalikan dengan introverted people. Orang ekstroved justru membutuhkan orang lain dalam berbagai kondisi dan alasan. Mereka akan bekerja dengan baik dalam pekerjaan yang membutuhkan pembentukan hubungan interpersonal tertapi kebutuhan ini akan membuat mereka menjadi rentan karena mereka bergantung pada sesuatu yang selain dari diri mereka sendiri.
3. The Rigidly Structured Individual ( Orang yang terstruktur secara kaku)
Tipe orang yang terstruktur secara kaku adalah tipe orang yang takut mengambil resiko. Mereka takut atau gelisah dalam menerapkan ide atau mencari solusi baru yang belum pernah dicoba
4. The Hard Driving (Orang yang bekerja keras)
Berorientasi pada pekerjaan, gampang stress, mereka mencari kehormatan dan penghargaan tetapi rasa percaya diri rendah. Orientasi pada hasil dan selalu bekerja overload.
5. The Stress Reducer (Orang yang suka mengurangi stress)
Mereka kurang kompetitif dan mungkin kurang didorong oleh deadline. Mereka bekerja tidak terlalu ngotot dan menemukan waktu untuk bersenang-senang dan bersantai.
6. Risk Avoiders (Orang yang menghindari resiko)
Orang yang sangat hati-hati, takut mengambil keputusan yang dapat mengancam keamanan mereka.
7. Flexibele People
Biasanya orang yang sehat, memiliki ego yang dewasa dan dapat beradaptasi dengan situasi yang berubah-ubah.
TYPE A and TYPE B BEHAVIOURS
Type A
Seseorang dengan type kepribadian A memiliki cirri-ciri sebagai berikut : Serba cepat, tidak sabaran, melakukan pekerjaan yang berbeda dalam waktu yang sama, mengutamakan ketepatan waktu, bertanggung jawab pada tugas, ambisius, perfeksionis, berorientasi pada prestasi, suka berkerja keras, sadar akan waktu, serius, kompetitif, teliti, bekerja melebih orang lain, mudah marah dan agresif
Type B
Memiliki tipe kepribadian yang berbanding terbalik dengan tipe kepribadian A. cirri-cirinya adalah sebagai berikut : Rileks, tidak terburu-buru, berbicara dan bersikap tenang, hidup seenaknya, lebih terbuka untuk memperluas pengalaman hidup, jarang bersikap tidak sabar pada orang lain, jarang memiliki perasaan curiga, sedikit terpancing untuk marah, bekerja tenang, teratur dan tidak ada batasan waktu, menggunakan waktu luang untuk menikmati hobbi dan hidup santai.
Stress Management Strategies
1. Profesional dan hubungan pribadi, yaitu salah satu senjata yang paling berguna untuk mengurangi tekanan pekerjaan dan tuntutan masyarakat
2. Komunikasi yang baik, seseorang yang memiliki keterampilan untuk mendengarkan orang lain, mencari informasi, member saran, memberikan dukungan secara psikologis dan emosional kepada orang yang membutuhkannya
3. Perencanaan Pribadi, dapat menganalisa apa kekuatan dan kelemahan individu secara berkala dan bisa berorientasi pada prestasi individu
4. Manajemen Waktu yang baik. Salah satu cara mengurangi dampak negative dari stress adalah dengan memiliki manajemen waktu yang baik, sehingga seseorang dapat membuat schedule harian yang dapat membantu individu menjadi lebih produktif
5. Meditasi, Olahraga dan istirahat yang cukup
sumber tanggal 15 july 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar