Bismillahirrohmaanirrohiim,,
Berikut ini saya posting ulang tulisan menarik dari salah satu pejuang beasiswa yang telah meraih impiannya di Negeri Sakura. Share tentang pencarian beasiswanya bisa menjadi pencerahan berharga bagi kita semua. Mangga ^_^
Salam hangat dan semangat selalu by Muhammad Joe Sekigawa
An Undergraduate Social Work Student of Bandung College of Social Welfare (BCSW), Department of Social Rehabilitation 2008
*****
Kebetulan lagi pengen sharing pengalaman dulu hunting-hunting
beasiswa kuliah ke Luar Negeri. Sekaligus intisari dari pengalaman
pribadi sekaligus pengalaman teman-teman yang dapet beasiswa (either ke Jepang atau Eropa).
Berikut ini
adalah penjelasan mengenai hal-hal yang akan dijumpai ketika akan
melamar beasiswa, terutama beasiswa ke luar negeri.
Excellent Student?
Banyak orang menyangka kalau mau dapet beasiswa IPK-nya harus tinggi, kalo bisa setinggi langit, tapi kenyataannya tidak demikian. Banyak penerima beasiswa yang IPK-nya biasa-biasa saja tetap dapat beasiswa. Meskipun beberapa beasiswa mensyaratkan pendaftarnya adalah mahasiswa berprestasi, IPK bukannya hal yang utama, masih ada beberapa komponen lain yang diperhitungkan. Memang sih biasanya IPK yang menjadi komponen yang penting di seleksi awal, tapi kan masih ada wawancara. Kalau ada beberapa beasiswa seperti HSP Huygens yang mensyaratkan pendaftarnya haruslah top 5% lulusan terbaik di angkatannya, ini hanya buat jiper yang daftar saja. Ini lumayan buat nge-cut jumlah applicants, kalau tidak tentu saja banyak yang daftar. Saya pernah bertemu dua mahasiswa yang mendapat HSP Huygens tapi IPK-nya dua koma sekian sekian. Jadi, kalau ada persyaratan seperti ini daftar saja, setidak-tidaknya telah mencoba.
Banyak orang menyangka kalau mau dapet beasiswa IPK-nya harus tinggi, kalo bisa setinggi langit, tapi kenyataannya tidak demikian. Banyak penerima beasiswa yang IPK-nya biasa-biasa saja tetap dapat beasiswa. Meskipun beberapa beasiswa mensyaratkan pendaftarnya adalah mahasiswa berprestasi, IPK bukannya hal yang utama, masih ada beberapa komponen lain yang diperhitungkan. Memang sih biasanya IPK yang menjadi komponen yang penting di seleksi awal, tapi kan masih ada wawancara. Kalau ada beberapa beasiswa seperti HSP Huygens yang mensyaratkan pendaftarnya haruslah top 5% lulusan terbaik di angkatannya, ini hanya buat jiper yang daftar saja. Ini lumayan buat nge-cut jumlah applicants, kalau tidak tentu saja banyak yang daftar. Saya pernah bertemu dua mahasiswa yang mendapat HSP Huygens tapi IPK-nya dua koma sekian sekian. Jadi, kalau ada persyaratan seperti ini daftar saja, setidak-tidaknya telah mencoba.
“You are an
excellent student: you have obtained excellent results in all your
previous studies and you are at least in the top 5% of students in your
study or research programme. Please show this in your application file
by including, for example, grade lists or reference letters. In case of
equivalent qualification preference will be given to applications which
show that you are among the top 5%“
Pengalaman Kerja
Beasiswa
seperti yang diberikan STUNED dan Depkominfo mensyaratkan pengalaman
kerja minimal dua tahun. Kadang-kadang kita harus jeli membaca, syarat
tersebut bukan harga mati. Seperti untuk beasiswa depkominfo yang
tertulis “Diutamakan memiliki pengalaman kerja minimal 2 tahun”.
Diutamakan bukan berarti harus. Jadi, bisa saja ada yg pengalaman
kerja-nya kurang dari dua tahun keterima. Dua teman saya yang memperoleh
beasiswa Depkominfo pengalaman kerjanya malah kurang dari dua tahun.
Satu teman yang memperoleh beasiswa STUNED beberapa tahun lalu jg
pengalaman kerjanya kurang dari dua tahun. Padahal di website-nya NESO
tertulis “Program beasiswa StuNed dibuat khusus untuk para profesional
Indonesia dengan masa kerja minimum dua tahun di tempat kerja
terakhir.”. Mungkin aja sih peraturan 6 tahun yang lalu berbeda dengan
sekarang.
Ada beasiswa seperti beasiswa untuk program Erasmus Mundus (International Master in Industrial Management) yang
melihat pengalaman kerja yang relevan untung program ini sebagai
“merit” atau nilai tambah di dalam proses seleksi. Jadi, pengalaman
kerja tidak selalu menjadi harga mati. Tapi, pas kuliah master, akan
kerasa kalau pengalaman kerja itu (terutama yg relevan) sangat membantu
memahami materi.
Waktu Lulus
Kalau
biasanya beasiswa mencari mahasiswa yang sudah mempunyai pengalaman
kerja setidaknya dua tahun, ada beasiswa yang malah kebalikannya.
Beasiswa HSP Huygens malah mensyaratkan pendaftarnya masih
kuliah di tingkat akhir, atau jika sudah lulus, waktu kelulusannya itu
tidak lebih dari satu tahun, jadi bener-bener nyari fresh-graduate.
“If you are already a graduate, you must have graduated less than one year ago”
Batas Umur
Batas Umur
Syarat ini yang biasanya agak tricky.
Biasanya 35 tahun adalah batas atas buat memperoleh beasiswa master,
misalnya beasiswa STUNED, beasiswa Depkominfo dan beasiswa
Monbukagakusho. Sampai sekaraang sih belum pernah tahu adakah yg pernah
melewati batas umur ini dan lewat seleksi beasiswa.
Surat Rekomendasi
Ini salah
satu tipe surat yang penting dalam mendaftar beasiswa. Biasanya surat
rekomendasi yang mempunyai kop universitas lebih ‘nendang’ buat panitia
seleksi. Posisi pemberi beasiswa juga termasuk
hal yang penting, setidaknya ketua program studi/ketua jurusan dan
kalau bisa dekan fakultas. Lebih keren lagi kalau dapet surat
rekomendasi dari rektor. Tapi kadang-kadang ada juga pemberi beasiswa
yang mensyaratkan surat rekomendasi ini harus mengikuti format mereka
dan
ditulis di form yang mereka bikin, misalnya beasiswa Panasonic. Minta surat rekomendasi ini agak-agak tricky, karena kita butuh beberapa surat rekomendasi untuk beberapa universitas dan beasiswa yang berbeda.
Trick-nya: minta surat rekomendasi ber-kop surat universitas yang general dan minta beberapa buah. Cara lainnya adalah men-scan surat rekomendasi ini dan di-print warna buat aplikasi beasiswa/ universitas. Kalau mereka minta yang asli, barulah yang asli diserahkan. Biasanya pemberi beasiswa meminta nomor telepon dan email professor/dosen yang memberi rekomendasi ke kita tercantum di surat rekomendasi tersebut.
ditulis di form yang mereka bikin, misalnya beasiswa Panasonic. Minta surat rekomendasi ini agak-agak tricky, karena kita butuh beberapa surat rekomendasi untuk beberapa universitas dan beasiswa yang berbeda.
Trick-nya: minta surat rekomendasi ber-kop surat universitas yang general dan minta beberapa buah. Cara lainnya adalah men-scan surat rekomendasi ini dan di-print warna buat aplikasi beasiswa/ universitas. Kalau mereka minta yang asli, barulah yang asli diserahkan. Biasanya pemberi beasiswa meminta nomor telepon dan email professor/dosen yang memberi rekomendasi ke kita tercantum di surat rekomendasi tersebut.
Surat Nominasi
Ada
beasiswa yang mensyaratkan pelamar beasiswa untuk menyerahkan surat
nominasi dari universitas yang dituju agar bisa mendaftar beasiswa
tersebut. Ini dilakukan sebagai prasyarat untuk mendaftar beasiswa,
contohnya beasiswa HSP Huygens untuk melanjutkan studi ke
Belanda. Jadi, peserta harus meminta surat nominasi ini ke universitas
yang dituju dan surat ini menjelaskan tentang kualitas unik/khusus
pelamar dan program studi yang dituju oleh pelamar. Kalau universitas
yang dituju tidak memberikan surat nominasi ini, artinya si pelamar
tidak bisa mendaftar beasiswa HSP Huygens dan harus mencari beasiswa yang lain.
Letter of Acceptance (From a Japan University Professor)
Ada surat nominasi ada pula surat penerimaan (letter of acceptance). Biasanya beasiswa yang meminta Letter of Acceptance ini beasiswa untuk melanjutkan studi ke Jepang, misalnya Panasonic Scholarship. Surat penerimaan dari seorang Profesor di Jepang yang mau menerima Anda di laboratory dia merupakan salah satu syarat dari Panasonic Scholarship. Di seleksi tahap akhir, selain presentasi proposal riset, para finalis Panasonic Scholarship juga diminta untuk memberikan “Formal Recommendation” atau “LoA (Letter of Acceptance) from Japan University Professor”.
Ada surat nominasi ada pula surat penerimaan (letter of acceptance). Biasanya beasiswa yang meminta Letter of Acceptance ini beasiswa untuk melanjutkan studi ke Jepang, misalnya Panasonic Scholarship. Surat penerimaan dari seorang Profesor di Jepang yang mau menerima Anda di laboratory dia merupakan salah satu syarat dari Panasonic Scholarship. Di seleksi tahap akhir, selain presentasi proposal riset, para finalis Panasonic Scholarship juga diminta untuk memberikan “Formal Recommendation” atau “LoA (Letter of Acceptance) from Japan University Professor”.
Wawancara
Hampir
semua beasiswa yang saya tahu ada komponen wawancara di tahap akhir
seleksi. Wawancara ini bisa berbagai jenis: wawancara psikologi,
wawancara panel, etc. Pertanyaannya pun bisa dalam bahasa
Indonesia, bahasa Inggris atau bahasa Jepang (kalau mau kuliah ke
Jepang). Pertanyaan umumnya tentang motivasi kuliah S2 di luar negeri,
topik riset yang spesifik yang akan diambil di sana, bayangan 10 tahun ke depan mau jadi apa, etc.
Meskipun kadang-kadang wawancara ngelantur ke mau menikah di usia
berapa, kalau bayi kamu lahir mau diapain (pertanyaan ke salah satu
peserta yang lagi hamil gede, langsung sama peserta tersebut dijawab: ya
dirawat Pak), siapa perdana menteri Jepang?
Meskipun
demikian ada dua beasiswa yang sepanjang pengetahuan saya tidak
melakukan wawancara dan hanya bergantung dengan seleksi dokumen:
Beasiswa Erasmus Mundus-nya Uni-Eropa dan Beasiswa HSP Huygens-nya Belanda. Jadi keterima tidaknya pelamar hanya tergantung pada berkas-berkas aplikasi yang dikirimkan.
Test-test kemampuan (TOEFL, IELTS, TPA, GRE, GMAT, etc)
Diantara test-test ini, TOEFL merupakan test yang paling sering dipakai. TOEFL atau Test Of English as Foreign Language mengukur kemampuan bahasa Inggris peserta test ini. Ada lagi yang namanya IELTS (International English Language Testing System) yang juga mengukur kemampuan berbahasa Inggris peserta test. Bedanya terletak dari afiliasi pemberi test ini. TOEFL ini afiliasinya ke Amerika Serikat (Educational Testing Services di Princeton US) sedangkan IELTS afiliasinya ke Inggris (diurus bareng-bareng oleh University of Cambridge ESOL Examinations, the British Council and IDP Education Pty Ltd). Biasanya syarat minimal TOEFL 550 sedangkan IELTS 6.5.
Selain test bahasa Inggris ada lagi test kemampuan. Tes Potensi Akademik (TPA) merupakan tes kemampuan versi Indonesia, sedangkan GRE (Graduate Record Examinations) dan GMAT (Graduate Management Admission Test) merupakan tes kemampuan versi Amerika. GMAT biasanya digunakan kalau ingin mendaftar S2 ke bidang bisnis.
Essay
Biasanya essay ini bercerita tentang studi S1 kita, motivasi mengikuti beasiswa ini. Essay ini harus menghubungkan latar belakang studi dan pekerjaan saat ini dengan rencana studi S2, karir dan visi ke depan dari pelamar. Kalau IPK, TOEFL dan nilai-nilai tes yang lain bisa dibilang tidak akan banyak berubah, essay ini selalu bisa direvisi berkali-kali. Essay ini pula-lah yang menjadi salah satu faktor penting (menurut saya bahkan lebih penting dari IPK) untuk menentukan pelamar mana yang akan masuk ke tahap berikut. Jadi, alokasikanlah waktu yang banyak untuk essay ini dan mintalah ke teman yang jago bahasa Inggris untuk proof read essay anda.
Biasanya essay ini bercerita tentang studi S1 kita, motivasi mengikuti beasiswa ini. Essay ini harus menghubungkan latar belakang studi dan pekerjaan saat ini dengan rencana studi S2, karir dan visi ke depan dari pelamar. Kalau IPK, TOEFL dan nilai-nilai tes yang lain bisa dibilang tidak akan banyak berubah, essay ini selalu bisa direvisi berkali-kali. Essay ini pula-lah yang menjadi salah satu faktor penting (menurut saya bahkan lebih penting dari IPK) untuk menentukan pelamar mana yang akan masuk ke tahap berikut. Jadi, alokasikanlah waktu yang banyak untuk essay ini dan mintalah ke teman yang jago bahasa Inggris untuk proof read essay anda.
Paperworks
Biasanya ini yang paling gampang sekaligus paling makan waktu. Biasanya dokumen-dokumen yang dibutuhkan adalah fotokopi ijazah dan transkrip nilai yang telah dilegalisir (termasuk versi bahasa inggrisnya), sertifikat TOEFL/IELTS/GRE/GMAT/TPA, CV yang kadang-kadang perlu memakai format yg ditetapkan pemberi beasiswa, fotokopi paspor, foto, etc.
Biasanya ini yang paling gampang sekaligus paling makan waktu. Biasanya dokumen-dokumen yang dibutuhkan adalah fotokopi ijazah dan transkrip nilai yang telah dilegalisir (termasuk versi bahasa inggrisnya), sertifikat TOEFL/IELTS/GRE/GMAT/TPA, CV yang kadang-kadang perlu memakai format yg ditetapkan pemberi beasiswa, fotokopi paspor, foto, etc.
Informasi Tambahan
Biasanya pas nyari-nyari beasiswa itu agak ngawang-ngawang, paling afdhol
kalo punya kenalan senior / teman yg udah kuliah di universitas
incaran. Beasiswa-beasiswa yang jarang kita dengar di Indonesia
teman/senior ini tahu. Bisa juga kontak International Office universitas yang bersangkutan, tanyain ada mahasiswa Indonesia di jurusan incaran atau nggak.
PPI – Perhimpunan Pelajar Indonesia
Ini bisa
jadi tempat buat bertanya. Meskipun beberapa milis PPI keanggotaannya
tertutup dan hanya akan diterima jadi anggota jika sudah ada acceptance letter dari universitas, ada beberapa pengurus PPI yang berbaik hati buat ditanya-tanya. Google buat cari contact info mereka. Jika ada PPI yang keanggotaannya tertutup, coba minta tolong temen yang jadi anggota forward pertanyaan kita ke milis PPI tersebut.
Semoga sharing ini berguna. Salam dari Benua Biru
Ronald (f05ralex@fedu.uec.ac.jp )
Sumber: Milis Beasiswa di Yahoo Group tertanggal 17 Juli 2012
sumber http://bocahbancar.wordpress.com/2012/07/20/share-dan-tips-mencari-beasiswa-keluar-negeri/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar